Senin, 21 November 2016

SAY NO TO BULLYING !!



Hey Guys.. Dita Disti comeback again after hiatus for five months.. karena kegiatan di kelas 12 begitu numpuk dan banyak sehingga waktu gua untuk post di blog itu, jarang.. Oke untuk hari ini gua mau post yang spesial untuk kalian semua.. ini berkaitan dengan sebuah permasalahan yang sering dialami oleh generasi muda, terutama para remaja.. cekidot !

Berhubung pada tanggal 17 November 2016 kemarin tepat peringatan 5 tahun film “Langit Biru” sebuah drama musikal rilisan tahun 2011 yang dibintangi oleh Ratnakanya Pinandita, Beby Natalie, Jeje Soekarno, dan Brandon De Angelo. Ditambah Harris J, penyanyi muslim asal United Kingdom yang baru saja mengadakan mini konsernya “Love Who You Are” pada 19 November 2016 lalu. Gua akan ngebahas tentang “STOP BULLYING” sebuah kalimat yang mendukung untuk para remaja muda seusia kita.





Zaman sekarang sangat marak sekali dengan Pembullyan, entah dilingkungan rumah, sekolah, dan lain-lain. Bully adalah salah satu tindakan mengintimidasi seseorang dengan cara merendahkan fisik, kepribadian, dan status kehidupan dengan cara menggunakan sebuah nama yang tak enak diucap. Bully seringkali dilakukan oleh para remaja muda dalam kurun usia 12 tahun keatas, bahkan usia 10 tahun pun sudah ada yang melakukan pembullyan. Mereka menganggap bahwa membully seseorang adalah hiburan semata. Namun tidak untuk orang yang telah di bully. Kemungkinan mereka akan berpendapat lain mengenai bully tersebut. 



Bahkan saat Harris J mengadakan konsernya Sabtu lalu, dia begitu terkejut dengan angka pembullyan. Ketika beliau berkata bahwa ada 6 orang yang meninggal hanya karena di bully, Harris begitu terharu bahkan mampu menitikkan air matanya terhadap nasib malang para remaja. Gua pun juga gak nyangka sama pembullyan tersebut. Padahal, bully itu dilakukan dengan pembicaraan nyelekit di mulut kita. Gak pernah yang namanya pakai senjata tajam. Tapi ada yang meninggal karena rasa tak tahan di bully.

 
Sebenarnya kejadian pembullyan tersebut udah lama gua kenal di film, maupun di dunia nyata. Di film, gua melihat sebuah film musikal berjudul “Langit Biru” tahun 2011 yang berceritakan tentang persahabatan antara Biru (Ratnakanya), Amanda (Beby Natalie), dan Tomtim (Jeje Soekarno). Biru dan Amanda adalah gadis berani yang mampu mengatasi masalah, sedangkan Tomtim merupakan siswa paling tertua di kelas Biru karena pernah tinggal kelas. Pengalaman Tomtim yang pernah tinggal kelas, membuat Bruno (Cody Mc Clendon) seringkali membully dan merendahkan kepribadian Tomtim. Hingga Biru dan kedua temannya melakukan mata-mata terhadap sikap Bruno sebenarnya. Banyak yang bilang bahwa Bruno adalah sosok pria baik dan menyenangkan. Biru yang tak percaya, terus memata-matai sosok Bruno. Sang ayah yang clueless mengurus Biru yang beranjak remaja, melarang biru untuk keluar dari rumah terkecuali sekolah. Namun ternyata fakta yang dikumpulkan ketiganya mengarahkan mereka kepada kenyataan yang lain. Dalam film tersebut ada salah satu kalimat “Kawan Bukan Lawan” yang berarti semua manusia itu sama. Manusia ditakdirkan untuk berteman, bukan bertengkar. Dari pertemanan tersebut bukanlah menghasilkan lawan. Lainkan persahabatan. Seorang teman gak seharusnya membully temannya yang tidak bersalah.

Jika di dunia perfilman yaitu Langit Biru. Kalau di kenyataan, pasti kalian juga merasakan. Termasuk gua yang ngerasain gimana pahitnya saat pembullyan hadir di masa SD gua. Ini bukan pencitraan, hanya sebuah contoh dan pelajaran yang bisa kalian ambil dari cerita gua ini.

Jadi, gua emang dulu itu pernah pindah SD di tahun 2007. Karena rumah gua juga kan pindah. Awal pertemanan di SD baru gua itu nyenengin.. banget. Tapi semakin kedepan, pertemanan itu menjadi berubah drastis. Dari sikap mereka yang selalu ngomongin orang di belakang, ngata-ngatain fisik orang, bahkan bawa-bawa nama orang tua dan nama orang tua mereka itu di rendahin. Kasus itulah yang gua alamin disaat kelas 4 SD. Dimana sikap gua disitu masih cengeng, penakut, lemah, cemen, pokoknya nggak banget. Waktu kelas 4 itu, gua dikasih jajan perhari tiga ribu rupiah. Dua ribu gua pakai untuk jajan dan seribu gua tabung untuk bayar les yang diadain sama guru. Hanya karena jajan perhari tiga ribu, gua direndahin dan diomongin sama teman-teman di belakang gua. Yang gua dikatain boros lah, “Badan di gedein, tapi gak mampu buat nabung” apa wajar perkataan kelas 4 SD seperti itu ? gua yang lemah hanya bisa maklumin dan diam gak bisa nanggepin perkataan mereka itu. Pertemanan itu drastis berubah, dari gak ada yang mau pulang bareng gua, ke kantin bareng, main bareng, bercanda bareng.. gak ada itu.... semua main gank-gank an.. bahkan saat ada les menari dan menyanyi di sekolah itu tuh, gua berminat di menari waktu itu. Pelatihnya kayanya udah yakin gua mau serius. Tapi karena sikap kompor teman gua, kalau mereka gak ngeyakinin kalau gua bisa. Padahal gua usaha dan mau belajar. Dan di hari lainnya juga sama kaya gitu juga.. mereka ngetawain gua, ngebully gua disaat gua ngelakuin hal-hal berat yang gak sesuai sama fisik gua sendiri.

Begitupun juga dialamin gua waktu awal semester dua kelas 5. Itu juga sama kaya kelas 4. Kelas 5 itu saatnya menentukan petugas upacara untuk hari senin. Kebetulan gua orangnya aktif sama kegiatan itu. Gua hapal UUD 1945, janji siswa, doa, bahkan susunan acara yang protokol bawain tuh udah hafal. Saking nyimaknya waktu upacara sebelumnya. Karena kurang ada yang minat di kelas. Otomatis gua ngacung tangan untuk bacain janji siswa.. sebagian teman gua ada yang udah yakin. Tapi pada saat udah diajuin ke guru, itu jauh sama yang gua bayangin. Sebagian teman gua gak ada yang setuju karena body bongsor gua. Perasaan peserta paskibra, kecuali pengibar bendera boleh bentuk badannya apa aja. Bahkan teman gua ada yang baca doa tuh badannya lebih bongsor dari gua. Saat SMA gua bacain susunan acara versi Jepang aja, guru-guru gak ada yang risih. Malah mereka suka, karena keberanian gua. Ada aja gitu setiap gua yang berminat.. serba salah..

Kondisi itu kembali berubah drastis, semakin parah dan pokoknya berubah banget. Saat kelas 6 SD, dimana HP mulai canggih dan teknologi sedikit maju. Permasalahan itu hadir ketika ada lomba yel-yel pramuka. Saat itu ada teman gua yang mau pindah regu dari regu seberang. Kebetulan gua emang waktu pas pelantikan penggalang, emang udah salah masuk regu. Tapi gua mengakui bahwasannya gua tuh salah. Oke, gua akhirnya ngalah untuk pindah. Tapi pada akhirnya, gua gak dianggap sama mereka. Gua bagaikan barang bekas yang udah gak kepakai lagi, sampai-sampai ada temen gua yang super bawellllll banget. Ngaduin gua ke guru dan gua kena marah. Tapi pada akhirnya guru tersebut nyelesain masalah itu dan gua pindah ke regu seberang. 

Menjelang Ujian Nasional di awal 2011, itu malah semakin bikin hati gua sobek. Disaat dia manggil nama gua bukan “Alika” lainkan gendut karena badan gua emang gendut. Pokoknya gua dipanggil dengan sebutan gendut sampai bikin diri gua itu ngenes banget.. seharusnya panggil nama gua dengan nama yang dikasih ortu gua gitu. Apa salahnya sih ? panggil sesuai nama kita. Jangan kata-kata yang bikin hati orang nyelekit gitu. Mereka kan masih SD, masih polos-polosnya, masih dinilai baik sama orang tua.. tapi gak ada yang sesuai. Pintar iya, tapi perilaku.. B- menurut gua.

Lagi-lagi gua dibodohin ketika H-10 Ujian Nasional. Saat gua baru kenal Facebook dan gak tau cara pakainya. Caranya gua bikin status dan komentar salah satu teman gua. Rupanya ada orang sirik sama gua. Alasannya kalo bikin status tuh bisa kelihatan password nya. Gua yang dulu orangnya takutan, main percaya aja. Dikasihnya email dan password ke dia buat gantiin password nya. Karena gua dulu masih gaptek sama hp, laptop, dan alat elektronik lainnya. Alhasil, malah di pakai yang enggak-enggak. Sampai-sampai Facebook gua di Hak Milik sama dia dan gua kena marah sama bokap. Ngenes lagi.. gua banyak istighfar disitu.. kapan gua bisa keluar dari sekolah itu. Supaya hidup gua gak sial lagi. Gak penuh tangisan lagi.

Doa itu terjawab ketika lulus dan gua dapat nem terendah karena kertas ujiannya basah. Awal-awal gua emang cengeng dan kecewa sama hasilnya. Tapi pada akhirnya gua pasrah banget. Orang tua gua terus ngejar untuk bisa sekolah di SMPN. Tapi pada akhirnya, gua kedepak dan gak dapat negeri. Sekolahlah gua di SMP Swasta dan dapat teman banyak disana. Meskipun sebagian teman gua masih ada yang masuk di SMP Swasta tempat gua. Tapi, mereka misah dari gua dan gak ada bully lagi. Karena
  1. SMP tempat gua itu ajarannya ketat akan kedisiplinan. Gua diajarin untuk gak bersikap lemah. Memang terkadang perempuan suka di cap lemah.
  2. Gua sempat ikut eskul Paskibra walaupun cuma sebulan karena fisik gua gak kuat sampai dirawat sakit DBD. Tapi dengan Paskibra itu, gua terdorong untuk bersikap disiplin dan kuat dalam menghadapi masalah.
  3. Guru-gurunya nyenengin. Gak ada yang pernah gak ngeyakinin bahwa diri gua itu gak bisa. Semuanya yakin bahwa gua bisa.
  4. Teman-teman gua jagoan semua. Kalau setiap ada orang yang mau ngajak ribut. Mereka langsung ngajak ribut. Jadinya gua ikut-ikutan.
Disitulah sikap kelemahan gua hilang drastis. Gak ada yang bully gua lagi, yang gak ngeyakinin gua bahwasannya diri gua tuh gak bisa, aktif sama bakat gua sendiri, berani maju dan berpendapat. Serta, sikap cengeng gua tuh hilang seketika. Dikatain, ya diemin aja.. gua mah udah kebal.. Gitu aja kok repot. Dan gua udah menjauh dari teman SD gua, fokus untuk memajukan bakat dan minat gua sendiri. Bukan rasa benci dan ingin balas dendam, tetapi rasa shock trauma masih ada di dalam diri gua. Meskipun kejadian itu udah sekitar 8 tahun yang lalu.

Udah jelas sama cerita kenyataan gua tadi. Pembullyan emang dasarnya udah hadir saat gua kelas 4 SD. Begitupun juga sama perkataan yang gak enak diomongin, yang bikin hati orang sakit. So guys, gua sebagai korban pembullyan ngedukung apa yang dicontohin sama film Langit Biru dan kampanye Harris J untuk jangan ngebully sesama manusia. Terutama di generasi muda remaja seperti kita sekarang. Untuk apa sih bully ? gak ada manfaatnya kalau akhirnya nanti jadi gak punya teman. Mending sahabatan yang harmonis gitu, jangan ngerendahin.. mulu.. toh kalau andaikan ngebully mulu, yang kena batunya siapa ? kalau bukan yang udah senang ngebully si korban ? semua manusia tuh sama. Gak ada yang beda. Manusia tuh belum sempurna. Hanya tuhan yang sempurna. Kita diciptakan tuhan berbeda-beda suku, agama, dan ras. Apa susahnya bersatu ? bukan ngebully. Jangan pernah ada yang namanya pembullyan lagi, dan jangan membeda-bedakan teman. Memang mencari teman itu harus pandai. Karena sikap mereka yang berbeda-beda. Tapi, apa salahnya disaat dia udah menyesal kita gak perlu bully ? justru kita mendukung dan melarang dia untuk menjauhi permasalahan yang udah membuat dirinya menyesal.

Oke, itu aja yang gua jelasin untuk kalian semua. Sekali lagi “SAY NO TO BULLYING” untuk para remaja Indonesia. Dita disti undur diri, sampai jumpa di postingan gua selanjutnya.. bye..