Hey Guys..
Dita Disti comeback again after hiatus for
five months.. karena kegiatan di kelas 12 begitu numpuk dan banyak sehingga
waktu gua untuk post di blog itu, jarang.. Oke untuk hari ini gua mau post yang
spesial untuk kalian semua.. ini berkaitan dengan sebuah permasalahan yang
sering dialami oleh generasi muda, terutama para remaja.. cekidot !
Berhubung
pada tanggal 17 November 2016 kemarin tepat peringatan 5 tahun film “Langit
Biru” sebuah drama musikal rilisan tahun 2011 yang dibintangi oleh Ratnakanya
Pinandita, Beby Natalie, Jeje Soekarno, dan Brandon De Angelo. Ditambah Harris
J, penyanyi muslim asal United Kingdom yang baru saja mengadakan mini konsernya
“Love Who You Are” pada 19 November
2016 lalu. Gua akan ngebahas tentang “STOP BULLYING” sebuah kalimat yang
mendukung untuk para remaja muda seusia kita.
Zaman
sekarang sangat marak sekali dengan Pembullyan, entah dilingkungan rumah,
sekolah, dan lain-lain. Bully adalah salah satu tindakan mengintimidasi
seseorang dengan cara merendahkan fisik, kepribadian, dan status kehidupan
dengan cara menggunakan sebuah nama yang tak enak diucap. Bully seringkali dilakukan oleh para remaja muda dalam kurun usia 12 tahun keatas, bahkan usia 10 tahun pun sudah ada yang melakukan pembullyan. Mereka
menganggap bahwa membully seseorang adalah hiburan semata. Namun tidak untuk
orang yang telah di bully. Kemungkinan mereka akan berpendapat lain mengenai
bully tersebut.
Bahkan saat
Harris J mengadakan konsernya Sabtu lalu, dia begitu terkejut dengan angka
pembullyan. Ketika beliau berkata bahwa ada 6 orang yang meninggal hanya karena
di bully, Harris begitu terharu bahkan mampu menitikkan air matanya terhadap
nasib malang para remaja. Gua pun juga gak nyangka sama pembullyan tersebut.
Padahal, bully itu dilakukan dengan pembicaraan nyelekit di mulut kita. Gak
pernah yang namanya pakai senjata tajam. Tapi ada yang meninggal karena rasa
tak tahan di bully.
Sebenarnya kejadian
pembullyan tersebut udah lama gua kenal di film, maupun di dunia nyata. Di
film, gua melihat sebuah film musikal berjudul “Langit Biru” tahun 2011 yang
berceritakan tentang persahabatan antara Biru (Ratnakanya), Amanda (Beby
Natalie), dan Tomtim (Jeje Soekarno). Biru dan Amanda adalah gadis berani yang
mampu mengatasi masalah, sedangkan Tomtim merupakan siswa paling tertua di
kelas Biru karena pernah tinggal kelas. Pengalaman Tomtim yang pernah tinggal
kelas, membuat Bruno (Cody Mc Clendon) seringkali membully dan merendahkan
kepribadian Tomtim. Hingga Biru dan kedua temannya melakukan mata-mata terhadap
sikap Bruno sebenarnya. Banyak yang bilang bahwa Bruno adalah sosok pria baik
dan menyenangkan. Biru yang tak percaya, terus memata-matai sosok Bruno. Sang
ayah yang clueless mengurus Biru yang beranjak remaja, melarang biru untuk
keluar dari rumah terkecuali sekolah. Namun ternyata fakta yang dikumpulkan
ketiganya mengarahkan mereka kepada kenyataan yang lain. Dalam film tersebut
ada salah satu kalimat “Kawan Bukan Lawan” yang berarti semua manusia itu sama. Manusia ditakdirkan untuk berteman, bukan bertengkar. Dari
pertemanan tersebut bukanlah menghasilkan lawan. Lainkan persahabatan. Seorang
teman gak seharusnya membully temannya yang tidak bersalah.
Jika di
dunia perfilman yaitu Langit Biru. Kalau di kenyataan, pasti kalian juga
merasakan. Termasuk gua yang ngerasain gimana pahitnya saat pembullyan hadir di
masa SD gua. Ini bukan pencitraan, hanya sebuah contoh dan pelajaran yang bisa
kalian ambil dari cerita gua ini.
Jadi, gua
emang dulu itu pernah pindah SD di tahun 2007. Karena rumah gua juga kan
pindah. Awal pertemanan di SD baru gua itu nyenengin.. banget. Tapi semakin
kedepan, pertemanan itu menjadi berubah drastis. Dari sikap mereka yang selalu
ngomongin orang di belakang, ngata-ngatain fisik orang, bahkan bawa-bawa nama
orang tua dan nama orang tua mereka itu di rendahin. Kasus itulah yang gua
alamin disaat kelas 4 SD. Dimana sikap gua disitu masih cengeng, penakut,
lemah, cemen, pokoknya nggak banget. Waktu kelas 4 itu, gua dikasih jajan
perhari tiga ribu rupiah. Dua ribu gua pakai untuk jajan dan seribu gua tabung
untuk bayar les yang diadain sama guru. Hanya karena jajan perhari tiga ribu,
gua direndahin dan diomongin sama teman-teman di belakang gua. Yang gua
dikatain boros lah, “Badan di gedein, tapi gak mampu buat nabung” apa wajar
perkataan kelas 4 SD seperti itu ? gua yang lemah hanya bisa maklumin dan diam
gak bisa nanggepin perkataan mereka itu. Pertemanan itu drastis berubah, dari
gak ada yang mau pulang bareng gua, ke kantin bareng, main bareng, bercanda
bareng.. gak ada itu.... semua main gank-gank an.. bahkan saat ada les menari
dan menyanyi di sekolah itu tuh, gua berminat di menari waktu itu. Pelatihnya kayanya
udah yakin gua mau serius. Tapi karena sikap kompor teman gua, kalau mereka gak
ngeyakinin kalau gua bisa. Padahal gua usaha dan mau belajar. Dan di hari
lainnya juga sama kaya gitu juga.. mereka ngetawain gua, ngebully gua disaat
gua ngelakuin hal-hal berat yang gak sesuai sama fisik gua sendiri.
Begitupun juga
dialamin gua waktu awal semester dua kelas 5. Itu juga sama kaya kelas 4. Kelas
5 itu saatnya menentukan petugas upacara untuk hari senin. Kebetulan gua
orangnya aktif sama kegiatan itu. Gua hapal UUD 1945, janji siswa, doa, bahkan
susunan acara yang protokol bawain tuh udah hafal. Saking nyimaknya waktu
upacara sebelumnya. Karena kurang ada yang minat di kelas. Otomatis gua ngacung
tangan untuk bacain janji siswa.. sebagian teman gua ada yang udah yakin. Tapi pada
saat udah diajuin ke guru, itu jauh sama yang gua bayangin. Sebagian teman gua
gak ada yang setuju karena body bongsor gua. Perasaan peserta paskibra, kecuali
pengibar bendera boleh bentuk badannya apa aja. Bahkan teman gua ada yang baca
doa tuh badannya lebih bongsor dari gua. Saat SMA gua bacain susunan acara
versi Jepang aja, guru-guru gak ada yang risih. Malah mereka suka, karena
keberanian gua. Ada aja gitu setiap gua yang berminat.. serba salah..
Kondisi itu
kembali berubah drastis, semakin parah dan pokoknya berubah banget. Saat kelas
6 SD, dimana HP mulai canggih dan teknologi sedikit maju. Permasalahan itu
hadir ketika ada lomba yel-yel pramuka. Saat itu ada teman gua yang mau pindah
regu dari regu seberang. Kebetulan gua emang waktu pas pelantikan penggalang,
emang udah salah masuk regu. Tapi gua mengakui bahwasannya gua tuh salah. Oke,
gua akhirnya ngalah untuk pindah. Tapi pada akhirnya, gua gak dianggap sama
mereka. Gua bagaikan barang bekas yang udah gak kepakai lagi, sampai-sampai ada
temen gua yang super bawellllll banget. Ngaduin gua ke guru dan gua kena
marah. Tapi pada akhirnya guru tersebut nyelesain masalah itu dan gua pindah ke
regu seberang.
Menjelang
Ujian Nasional di awal 2011, itu malah semakin bikin hati gua sobek. Disaat dia
manggil nama gua bukan “Alika” lainkan gendut karena badan gua emang gendut.
Pokoknya gua dipanggil dengan sebutan gendut sampai bikin diri gua itu ngenes
banget.. seharusnya panggil nama gua dengan nama yang dikasih ortu gua gitu. Apa
salahnya sih ? panggil sesuai nama kita. Jangan kata-kata yang bikin hati orang
nyelekit gitu. Mereka kan masih SD, masih polos-polosnya, masih dinilai baik
sama orang tua.. tapi gak ada yang sesuai. Pintar iya, tapi perilaku.. B-
menurut gua.
Lagi-lagi
gua dibodohin ketika H-10 Ujian Nasional. Saat gua baru kenal Facebook dan gak
tau cara pakainya. Caranya gua bikin status dan komentar salah satu teman gua. Rupanya
ada orang sirik sama gua. Alasannya kalo bikin status tuh bisa kelihatan
password nya. Gua yang dulu orangnya takutan, main percaya aja. Dikasihnya email
dan password ke dia buat gantiin password nya. Karena gua dulu masih gaptek
sama hp, laptop, dan alat elektronik lainnya. Alhasil, malah di pakai yang
enggak-enggak. Sampai-sampai Facebook gua di Hak Milik sama dia dan gua kena
marah sama bokap. Ngenes lagi.. gua banyak istighfar disitu.. kapan gua bisa
keluar dari sekolah itu. Supaya hidup gua gak sial lagi. Gak penuh tangisan
lagi.
Doa itu
terjawab ketika lulus dan gua dapat nem terendah karena kertas ujiannya basah. Awal-awal
gua emang cengeng dan kecewa sama hasilnya. Tapi pada akhirnya gua pasrah
banget. Orang tua gua terus ngejar untuk bisa sekolah di SMPN. Tapi pada
akhirnya, gua kedepak dan gak dapat negeri. Sekolahlah gua di SMP Swasta dan
dapat teman banyak disana. Meskipun sebagian teman gua masih ada yang masuk di
SMP Swasta tempat gua. Tapi, mereka misah dari gua dan gak ada bully lagi. Karena
- SMP tempat gua itu ajarannya ketat akan kedisiplinan. Gua diajarin untuk gak bersikap lemah. Memang terkadang perempuan suka di cap lemah.
- Gua sempat ikut eskul Paskibra walaupun cuma sebulan karena fisik gua gak kuat sampai dirawat sakit DBD. Tapi dengan Paskibra itu, gua terdorong untuk bersikap disiplin dan kuat dalam menghadapi masalah.
- Guru-gurunya nyenengin. Gak ada yang pernah gak ngeyakinin bahwa diri gua itu gak bisa. Semuanya yakin bahwa gua bisa.
- Teman-teman gua jagoan semua. Kalau setiap ada orang yang mau ngajak ribut. Mereka langsung ngajak ribut. Jadinya gua ikut-ikutan.
Disitulah sikap
kelemahan gua hilang drastis. Gak ada yang bully gua lagi, yang gak ngeyakinin
gua bahwasannya diri gua tuh gak bisa, aktif sama bakat gua sendiri, berani
maju dan berpendapat. Serta, sikap cengeng gua tuh hilang seketika. Dikatain,
ya diemin aja.. gua mah udah kebal.. Gitu aja kok repot. Dan gua udah menjauh dari teman SD gua, fokus untuk memajukan bakat dan minat gua sendiri. Bukan rasa benci dan ingin balas dendam, tetapi rasa shock trauma masih ada di dalam diri gua. Meskipun kejadian itu udah sekitar 8 tahun yang lalu.
Udah jelas
sama cerita kenyataan gua tadi. Pembullyan emang dasarnya udah hadir saat gua
kelas 4 SD. Begitupun juga sama perkataan yang gak enak diomongin, yang bikin
hati orang sakit. So guys, gua
sebagai korban pembullyan ngedukung apa yang dicontohin sama film Langit Biru
dan kampanye Harris J untuk jangan ngebully sesama manusia. Terutama di
generasi muda remaja seperti kita sekarang. Untuk apa sih bully ? gak ada
manfaatnya kalau akhirnya nanti jadi gak punya teman. Mending sahabatan yang
harmonis gitu, jangan ngerendahin.. mulu.. toh kalau andaikan ngebully mulu,
yang kena batunya siapa ? kalau bukan yang udah senang ngebully si korban ?
semua manusia tuh sama. Gak ada yang beda. Manusia tuh belum sempurna. Hanya tuhan
yang sempurna. Kita diciptakan tuhan berbeda-beda suku, agama, dan ras. Apa susahnya
bersatu ? bukan ngebully. Jangan pernah ada yang namanya pembullyan lagi, dan
jangan membeda-bedakan teman. Memang mencari teman itu harus pandai. Karena sikap
mereka yang berbeda-beda. Tapi, apa salahnya disaat dia udah menyesal kita gak
perlu bully ? justru kita mendukung dan melarang dia untuk menjauhi
permasalahan yang udah membuat dirinya menyesal.
Oke, itu
aja yang gua jelasin untuk kalian semua. Sekali lagi “SAY NO TO BULLYING” untuk
para remaja Indonesia. Dita disti undur diri, sampai jumpa di postingan gua
selanjutnya.. bye..